Setiap kita sadar atau tidak diberi kesempatan yang sama oleh Allah swt., untuk untuk menaiki tangga kehidupan atau proses belajar tiada henti (minal lahdi ila al-lajdi). Dimana setiap anak tangga memiliki rintangan yang berbeda dan pastinya memiliki tingkatan yang lebih sulit dari sebelumnya, mengapa? karena kemampuan bertahan kita (resistence) sudah menigkat maka beban gravitasinya menigkat, termasuk dengan segala apa yang kita bawa, yakni berupa keinginan, cita-cita dan harapan. Semakin besar keinginan itu maka semakin berat kita menanjak, disaat inilah banyak orang akan mundur ke anak tangga sebelumnya dan melepas beban keinginannya satu persatu yang dirasa ia sanggupi.
Masih ingat kisah empat lilin yang menyala.. harapan itu selalu ada pada lilin terakhir, meski dunia akan kiamat esok. Anda dan saya menapaki bumi yang sama, namun dengan problematika hidup yang berbeda. Dan Allah SWT., memberikan solusi yaitu sebuah "jalan" yang sama bagi setiap makhlukNya. Diatas jalan-jalan itu akan banyak onak dan duri yang menguji jiwa dan mental kita untuk menyelesaikannya. Dan setiap ujung jalan itu ada harapan.. untuk kita membentang asa meraih kesuksesan. Keep move it on fels.. we never know untul we tried.. Pertaruhan perasaan sudah harus dihindari dan mengambil jalur lain yang lebih safety. Ini bukan karena menyerah pada keadaan, namun lebih karena menyadari diri ini terlalu lelah untuk menapaki kekurangan yang sama. Aktivitas bukan hanya terus melakukan peran positif memberi manfaat pada komunal namun juga melihat time line, dimana program berpijak. Hidup tidak harus terus menerus mendaki dengan aral terjal, sekali waktu beristirahat dan meneduh pada oase atau ranai bukit yang datar. Menghirup udara yang lebih lama dari biasanya. Kini, sejarah berlanjut pada episode prestasi dan masa depan akademisi... ma'annajat.. Bukan sekali dua kali kita, manusia melakukan hal yang sama. bahkan pengulangan itu dalam jumlah yg amat sangat banyak jumlahnya. Sadar atau tidak kita sedang mengulang sebuah ritme kehidupan, yg mestinya berjalan menanjak, tapi ini malah ditempat, stagnan atau bahkan menurun. Banyak faktor yg menyebabkannya, diantaranya lingkungan yg paling besar membentuk kepribadian kita. Hitunglah sejak kita kecil sampai besar seperti ini masih barangkali masih melakukan hal yg sama ketika kita kecil dulu. Contoh, main game, menghabiskan waktu didepan TV, keluyuran ga jelas, malas, naruh sepatu tidak pada tempatnya, pakian...deelel deh pokoknya, buanyak.
Sayang sekali waktu yg terus bergulir itu, yg sepantasnya diisi dengan soal kehidupan dan dengan jawaban yg berbeda dijawab dengan jawaban yg sama buruknya dengan dulu. tapi jangan salah, ada juga lho hal yg berulang dan boleh diulang dari masa kecil kita. Murni saat kita kecil/kanak-kanak. Apa itu, keceriaanya, semangatnya dalam belajar sesuatu, keingintahuannya dalam menyerap sesuatu, kekuatan fisiknya, lucunya, dan banyak lagi...Ya, itu adalah bagian dari sifat fundamental kita masa kecil yg sejatinya sama ketika dewasa, hanya saja penerapannya berbeda. Kalau dulu ga malu pake popok, kalau sekarang malu-maluin pake popok diluar celana. Tuh superman, syukurnya superman terbaru udah ga pake bagituan lagi..hh Jaadiii..meminjam intonasi dosen saya, tentunya tidak terdengar disini..Keseluruhan sifat masa kanak-kanak tadi boleh diaplikasikan dalam kondisi sdh dewasa sekarang ini. Bahkan seperti ibukota yg mudah menyebabkan stress sifat seperti ini penting dipelajari lagi. Gapapa deh belajar lagih,,caranya berjalan karena disitu terdapat jatuh bangun yg melelahkan namun akhirnya kita bisa berlari seperti sekarang ini. Tidak seperti sekarang bro, ga berani jatuh bangun dalam belajar, berusaha mencapai tujuan hidupnya. So then, Be child again ok.. |
GalleryMotto
Hidup Laksana Padi Categories
All
Archives
April 2016
|